Selasa, 07 Oktober 2008

Tentang RUUK DIY…

Kontroversi terkait Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) DIY sepertinya tak kunjung usai. Kemarin Sri Sultan Hamengku Buwono X bertemu presiden Yudhoyono untuk menerima Keppres terkait perpanjangan masa jabatan Gubernur. Rentang waktu perpanjangan belum dtentukan berapa lamanya. Tetapi maksimal adalah 3 tahun. Dan diharapkan dalam 3 tahun tersebut RUUK sudah disahkan menjadi UU. Masalah ini berkembang panas terutama karena aku sekarang tinggal di Jogja. Otomatis aku mau tidak mau mengikutinya. Sempat dibahas di perkuliahan pers, sangat mengasyikkan membahas masalah ini sampai membuat teman-teman yang asli Jogja terpancing untuk memberikan komentar. Apalagi banyak sekali sinyalemen yang beredar di balik RUUk yang berlarut-larut ini. Dari mulai isu penjegalan Sri Sultan untuk menjadi capres tahun 2009 sampai adanya anggapan yang beredar bahwa pemerintah pusat melupakan dan mengingkari sejarah bergabungnya DIY ke dalajm NKRI. Sikapku sendiri sudah jelas. Aku mendukung sepenuhnya bahwa jabatan Gubernur sudah sewajarnya melekat pada Sri Sultan. Begitu juga dengan wakil gubernur melekat pada Paku Alam. Artinya, pemilihan gubernur di DIY tidak ada. Yang ada hanyalah penetapan Sri Sultan menjadi gubernur. Jadi tidak seperti daerah lain yang menggelar pemilihan gubernur langsung. Ini sesuai dengan maklumat 5 oktober 1945. dimana saat itu keraton DIY adalah kerajaan pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan menggabungkan diri menjadi bagian dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu isi maklumat tersebut adalah bahwa jabatan gubernur atau kepala daerah tertinggi di DIY melekat pada Sri Sultan. Dengan kata lain. Keturunan Sultan secara turun temurun akan menjadi Gubernur DIY. Hal ini bukan berarti mengingkari sistem demokrasi yang dijalankan Indonesia. Tetapi apa yang dijalankan oleh DIY justru sebenarnya jauh lebih demokratis. Demokrasi substansial, begitu Sri Sultan menyebutnya. Aku sepakat dengan hal tersebut dan dengan tegas aku menolak apa yang dikatakan salah seorang pembantu SBY yang mengatakan bahwa di DIY menggunakan sistem monarki absolute. Sosok Sri Sultan jelaslah sosok yang mampu mengayomi rakyatnya. Keberagaman dijamin di daerah ini. Setiap mahasiswa yang merantau ke jogja pasti merasa nyaman dengan suasana daerah ini. Karena itu aku ingin bilang, sampai kapanpun Jogja harus tetap istimewa!!

Tidak ada komentar: