Selasa, 15 Juni 2010

Produksi Batako berbasis Jimpitan

Dalam era yang disebut sebagian orang sebagai globalisasi ini, ternyata masih ada daerah yang menjaga kearifan lokal sebagai basis kegiatan kehidupan sehari-hari. Setidaknya ini dapat dilihat dari aktivitas jimpitan warga Panggang Gunungkidul, Yogyakarta. Tradisi jimpitan yang sudah berlangsung secara turun temurun ini mampu mengikat warga secara horizontal. Ini dikarenakan model pinjaman yang diberikan oleh warga satu kepada warga lainnya apabila membutuhkan bantuan ekonomi. Dalam konteks saat ini, tradisi yang sudah menjadi modal sosial masyarakat Panggang ini kemudian diubah menjadi basis kegiatan yang lebih produktif.

Diinisiasi oleh tim PKM-M UGM, tradisi jimpitan menjadi dasar untuk mengembangkan produksi batako di desa tersebut. Jika dilihat, produksi batako memang menjadi masuk akal jika melihat potensi alam di Panggang yang dikelilingi oleh pegunungan kapur. Produksi ini bahkan mampu meningkatkan tingkat ekonomi warga karena mampu menarik tenaga kerja baru dari warga yang sebelumnya tidak memiliki mata pencaharian. Secara umum, produksi batako mandiri sudah mampu digunakan oleh warga untuk meningkatkan kebutuhan di internal masyarakat.

Sementara itu, usaha untuk memasarkan batako keluar juga sudah dilakukan. Terbukti dengan adanya pembeli dari Pegawai Negeri Sleman beberapa waktu yang lalu. Dalam skala lebih luas, usaha promosi keluar ini memang perlu ditingkatkan karena terbukti memiliki potensi yang cukup besar. Artinya, kearifan lokal menjadi salah satu potensi yang kuat jika mampu dimanfaatkan untuk usaha yang lebih produktif. Bersama masyarakat, tim PKM-M UGM membuktikan hal tersebut. [Wisnu]