Jumat, 06 Mei 2011

Presiden yang Terlupakan



Judul Buku : Presiden Prawiranegara
Penulis : Akmal Nasery Basral
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : Pertama, Maret 2011
Tebal : 370 halaman
Peresensi : Wisnu Prasetya Utomo

Syafrudin Prawiranegara adalah presiden Republik Indonesia yang dilupakan bangsanya sendiri. Kisahnya dipinggirkan, sosoknya tidak diberikan tempat yang layak dalam narasi besar sejarah republik. Ia tidak dianggap sebagai presiden bahkan juga tidak dianggap sebagai seorang pahlawan nasional. Setidaknya sampai peringatan 100 tahun Syafrudin yang jatuh pada tahun ini, usulan pengangkatan namanya sebagai pahlawan nasional berkali-kali ditolak oleh pemerintah. Gambaran rezim yang tuna sejarah.

Padahal sosok Pak Syaf, sapaan akrabnya, adalah salah satu sosok penting dalam menjaga keberlangsungan hidup republik. Ketika itu, tahun 1948, usia RI yang baru menginjak angka 3 tahun masih rentan diserang oleh Belanda. Dan memang terbukti. Belanda melangsungkan agresi militer dan menguasai Ibukota RI waktu itu, Yogyakarta. Beberapa pemimpin seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan Syahrir ditangkap. Republik nyaris lumpuh dan kembali berada di bawah penjajahan Belanda.

Sebelum ditangkap, Soekarno-Hatta sempat mengirimkan telegram yang berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu- Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan Pemerintah tidak dapat mendjalankan kewadjibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr Sjafruddin Prawiranegara. Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintah Republik Darurat di Sumatra."

Telegram tersebut tidak pernah sampai ke tangan Pak Syaf. Namun ia telah mengambil inisiatif yang serupa untuk membentuk sebuah pemerintahan darurat. Tepat 22 Desember 1948, Pemerintah Darurat Republik Indonesia resmi didirikan. Pak Syaf menjadi ketuanya. Dengan mengambil lokasi "somewhere in the jungle" di daerah Sumatera Barat, republik masih tetap ada. Inilah yang menjadi dasar sejarawan Asvi Warman Adam menempatkan Pak Syaf sebagai presiden.

Meskipun secara formal istilah yang digunakan adalah “ketua”, tapi kedudukannya setara dengan presiden. Pak Syaf menjalankan tugas dan wewenang presiden merangkap perdana menteri karena Presiden Sukarno ditawan Belanda. Siapa yang bisa menyangkal kenyataan sejarah ini? Menghilangkan sosok Pak Syaf dalam penulisan sejarah tentu sebuah hal yang naif karena ia telah berjasa “menyelamatkan republik”.

Tepat dalam konteks itu novel Presiden Prawiranegara ini ditempatkan. Novel karya Akmal Nasery Basral ini setidaknya menjadi sedikit literatur yang memberikan tempat layak bagi Pak Syaf dalam sejarah bangsa ini. Novel setebal 370 halaman ini mengisahkan perjuangan Pak Syaf dalam mendirikan PDRI dan melanjutkan eksistensi republik. Perjuangan yang sungguh berat karena dihadapkan pada ancaman kolonialisme yang ingin menancapkan kembali kekuasaannya di bumi pertiwi.

Akmal menggunakan tokoh utama Kamil Koto untuk menceritakan sosok Pak Syaf. Kamil adalah seorang preman pasar yang insyaf dan kemudian ikut bergerilya bersama PDRI. Di tengah kelindan peliknya kisah cinta dan persahabatan, ia mengisahkan kekagumannya terhadap Pak Syaf. Kamil juga menceritakan bagaimanaPak Syaf sempat khawatir jika PDRI dianggap sebagai tindakan subversi untuk memberontak dari pemerintahan.

Karena itu awalnya ia tak mau ditunjuk sebagai ketua. Namun karena kondisi sudah mendesak, Pak Syaf akhirnya mau menjadi pemimpin PDRI. Syaratnya satu, ia tetap menolak dipanggil dengan sebutan presiden. Setelah itu, Pak Syaf memimpin Indonesia selama 207 hari di rimba raya Sumatra.

Novel ini, seperti diungkapkan Akmal dalam pengantar, tidak berpretensi menjadi sebuah novel sejarah. Meskipun demikian, novel ini setidaknya menjadi upaya untuk mendekonstruksi kemapanan konsep historiografi ala penguasa yang ingin menunggalkan tafsir sejarah. Bagaimanapun juga, tidak dapat dipungkiri bahwa Syafrudin Prawiranegara pernah menjadi Presiden Republik Indonesia.

(dimuat di Harian Suara Merdeka, 1 Mei 2011)

1 komentar:

Kartika mengatakan...

Bukan bermaksud promosi, cuma sekedar informasi. Siapa tahu sedikit berguna. Ada seminar nasional satu abad Mr. Sjafruddin Prawiranegara di kampus UII terpadu (jln. Kaliurang Km 14). Hari Selasa, 24 Mei 2011. Lebih lengkapnya bisa dilihat di http://seminar.uii.ac.id/satu-abad-sjafruddin/index.php/beranda.html

Resensi yg bagus.
Salam kenal