Jumat, 26 September 2008

Ancaman Neoliberalisme..

Sekilas, pandangan bahwa banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia itu baik. Keadaan ekonomi akan membaik seiring dengan datangnya modal-modal asing. Kesejahteraan pun akan datang dengan sendirinya. Pemerintah Indonesia saat ini kurang labih memiliki pandangan yang sama dengan hal tersebut. Hal ini terlihat dari berbagai paket kebijakan yang intinya adalah membuka peluang seluas-luasnya agar investor asing mau menanamkan modalnya di nigeri ini. Privatisasi, liberalisasi, sampai pasar bebas menjadi hal yang sudah tidak asing di Indonesia.

Tetapi kalau mau kita lihat lebih jauh, neoliberalisme memiliki agenda yang sangat busuk di dalamnya. Agenda yang secara perlahan-lahan akan merusak dan menghancurkan bangsa ini. Agenda kaum kapitalis ini adalah menguasai perekonomian dunia. Lalu kemudian mempermainkan pasar seenaknya sendiri. Apalagi, ideologi ini mengharuskan sektor non-perdagangan dan merupakan hak rakyat sepert listrik, air dan migas dibuat dengan competition policy atau kebijakan kompetisi. Sehingga, sektor publik yang pada awalnya merupakan barang publik yang dikuasai dan dikendalikan oleh negara dibuat menjadi barang ekonomi yang harganya ditentukan oleh dinamika pasar.

Neoliberalisme selalu memandang bahwa keadaan ekonomi tidak akan optimal jika distribusi barang dan jasa serta modal tidak dikontrol oleh aturan apapun. Dengan kata lain, keadaan ekonomi akan opimal jika barang dan jasa serta modal dimiliki dan dikuasai oleh individu-individu yang memiliki tujuan untuk mencetak keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Kemudian, ”Private Property” akan menjadi demikian absolut tanpa tanggungjawab apapun dari negara.

Perlahan-lahan, akan terjadi berbagai perubahan aturan dari lingkup yang lebih luas yaitu lingkup sosial menjadi sempit lingkup pribadi. Masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan serta pengangguran yang sebelumnya membutuhkan peran besar dari negara kemudian hanya menjadi masalah pribadi saja yang hanya membutuhkan kebijakan inividu tanpa pengaruh apapun dari negara.

Neoliberalisme sendiri secara kasat mata sudah mulai menguasai Indonesia. sektor-sektor publik atau BUMN mulai diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Atau dengan kata lain, privatisasi. Maka tak heran jika sekarang banyak sekali aset-aset strategis nasional yang dikuasai bangsa asing. Dari SDA sampai bidang telekomunikasi pun sudah banyak yang menjadi milik asing. Ini tentu menjadi sebuah catatan kelam negeri ini.

Inilah Neoliberalisme. Sebuah ideologi dan sistem yang sangat jahat. Menurut Data UNDP (United Nations Development Programme), rentang antara pendapatan tertinggi dan terendah di Indonesia juga sangat lebar, karena sekitar 10 % penduduk terkaya masih menguasai sekitar 80 % aset nasional. Biaya kesehatan yang tinggi semakin memberatkan rakyat. Kriminalitas sejak tahun 1998 sampai sekarang naik 1.000 %. Di bidang pendidikan 4,5 juta anak tiap tahun putus sekolah. Fasilitas pendidikan seperti sekolah dan kelengkapannya terabaikan. Kekurangan gizi mencapai angka 8 % dari total jumlah anak balita. Kwik Kian Gie pernah melaporkan kasus di dua desa, yakni Desa Klungkung (10 kilometer dari kota Jember) dan di Gadingrejo (Juwana) yang pernah dikunjunginya semasa ia masih Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Rakyat miskin di dua desa itu hidup hanya dengan Rp 1.250 atau sekitar 0,13 dollar AS per hari per orang. Dengan pendapatan sebesar itu, mereka setiap hari hanya bisa makan dua kali, itu pun bubur sangat encer hanya dengan lauk garam. Kadang ada sayuran, tetapi kadang kala juga tidak ada. Daging tidak pernah mereka lihat. Pengangguran meningkat 1 juta orang setiap tahunnya.

Neoliberalisme memang memberlakukan semua kebutuhan hidup yang mendasar bagi hajat hidup orang banyak tak lebih dari sekadar omoditas ekonomi saja. Prinsip pasar bebas pun diterapkan dalam berbagai bidang. Terlihat dari berbagai kebijakan yang intinya adalah meliberalisasikan berbagai sektor publik. Yang paling terlihat jelas adalah sektor pendidikan. Biaya pendidikan merangkak mahal dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Begitu juga dengan kesehatan. Hak-hak orang miskin untuk mengakses kesehatan sangat dibatasi. Sudah terlalu sering kita mendengar banyaknya orang miskin yang sakit namun tidak pernah bisa berobat karena tidak punya biaya.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memang akan menjadi sasaran empuk kaum neolib. Jika tidak mampu bertahan dengan kemandirian bangsa, Indonesia akan hancur perlahan-lahan di masa depan. Bagaimana tidak, saat ini saja kondisi negeri ini sudah sedemikian parah. Kemiskinan dimana-mana, kelaparan, gizi buruk serta lainnya. Pemerintah justru semakin menyengsarakan rakyat dengan berpihak kepada kaum neolib. Kebijakan di sektor energi yang carut marut membuktikan hal itu. Harga BBM dan elpiji dinaikkan. Serta masih banyak lagi contoh yang lain. Alih-alih memakmurkan rakyat, pemerintah justru memperlebar jarak antara si kaya dan si miskin.

Tetapi sebenarnya, yang patut dikhawatirkan dari neoliberalisme adalah sifatnya yang mampu menghancurkan tatanan lokal. Dengan sangat diakuinya hak-hak individu, keserakahan akan menjadi hal yang sangat dimaklumi. Mereka yang kaya akan semakin memperkaya dirinya sendiri. Dan yang miskin akan semakin sengsara. Belum lagi budaya serta adat bangsa ini akan luntur. Tidak akan lagi kita temui orang yang masih mau menolong saudaranya. Norma-norma yang selalu diajarkan sejak kecil, budi pekerti, tenggang rasa, lapang dada dan banyak lainnya akan hilang begitu saja. Setiap orang hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Dan fakta bahwa kita pernah bersatu dan berjuang bersama-sama dalam merebut kemerdekaan negeri ini hanya akan menjadi catatan sejarah yang usang dan bahkan mungkin terlupakan.

Bangsa Indonesi sebenarnya sudah memiliki sebuah ideologi yang menjadi jatidiri bagi bangsa ini. Ideologi Pancasila. Sebuah ideologi yang merupakan manifestasi nilai-nilai luhur bangsa ini. Jika kita mau lebih konsisten dalam menjalankan ideologi ini, kita akan mampu bertahan dari derasnya berbagai ideologi yang menerjang Indonesia. Termasuk dari neoliberalisme.

Tidak ada komentar: