Rabu, 16 Februari 2011

Pilihan adalah Kutukan

Saat ini adalah akumulasi pilihan demi pilihan yang pernah kita ambil di masa lalu. Pantas saja Sartre pernah berkata bahwa manusia memang dikutuk untuk membuat pilihan demi pilihan. Tapi, mengapa pilihan dianggap sebagai kutukan? Mengapa bukan anugerah? Entah lah. Tapi memang aku mengamini kutukan itu. Kutukan yang membuat kita, mau tidak mau, suka tidak suka, harus mengambil pilihan, setiap hari, setiap saat. Begitu juga hari ini. Ini adalah keputusan yang tidak bisa diubah, aku telah sampai pada point of no return. Tidak ada jalan kembali. Demi alasan apapun.

Kalau ada yang tahu rasanya dicengkeram luka, lantas pisau yang masih menancap dalam luka itu dicabut pelan-pelan, seperti itulah rasanya memutuskan sebuah pilihan. Tentu saja darah masih akan menetes selama luka itu belum kering. Tapi rasa sakit adalah konsekuensi atas kutukan yang telah dijatuhkan kepada umat manusia. Tidak masalah, toh nanti darah akan mengering, luka akan menutup, meski ketika itu terjadi, barangkali aku harus mengambil sebuah pilihan lagi. Begitu seterusnya. Lingkaran setan yang berhenti tepat ketika dunia berhenti berputar.

Pilihan adalah kutukan. Seperti kotak pandora, ketika satu pilihan diambil, ia akan membawa berbagai pilihan demi pilihan yang datang bersama-sama dan menebarkan racun. Racun bagi siapapun yang lewat di depannya. Sebenarnya aku tak mau membuka kotak pandora itu. Menakutkan, mengerikan, mengeluarkan wabah yang tidak ada seorang pun mampu menghentikkannya. Tapi kemudian kau datang. Memberi kunci, lantas menyuruhku membuka kotak pandora itu. Kau penasaran ingin tahu isinya. Aku tak punya kekuatan untuk menolak. Meski di saat yang bersamaan aku belum siap, tapi aku mengiyakan saja keinginanmu. Aku buka kotak itu, dan kita sama-sama tahu akibatnya kemudian. Racun itu membunuh semua kenangan, semua kisah, semua cerita, semua suka, semua duka, yang dulu aku rajut dengan pelan-pelan.

Kenanganku mati, aku putus asa mengingatnya. Susah payah usahaku untuk mengingat menjadi percuma. Pilihan adalah kutukan. Sejak kenanganku mati, aku tersungkur. Itu artinya aku harus mengumpulkan kembali serpihan demi serpihan masa kini, untuk kujadikan kenangan di masa depan. Pasti sulit, tapi apalah arti sulit. Sejak kenanganku mati, aku sudah tidak mengenal kata sulit. Aku ikut kata-kata Paulo Coelho, kalau kau mau berusaha, maka seluruh semesta akan bersatu padu membantumu. Maka kini aku menuntut kepada semesta. Aku menuntut kenanganku yang sudah mati dikubur dalam-dalam. Dan aku berjanji tidak akan sekalipun menziarahi kenangan itu. Aku akan berusaha. Kau puas?

Tidak ada komentar: